Para Konsumen Terbuai Iklan Meikarta Habis Uang Ratusan Juta Unit Tak Kunjung Ada
KABUPATEN BEKASI - Pengembang Meikarta seperti tak tahu malu akan polemik jeritan konsumen yang diabaikan bertahun-tahun tanpa ada kejelasan pembangunan apartemennya. Bukanya gerak cepat diselesaikan secara profesional, PT Mahkota Sentosa Utama (MSU) -pengembang apartemen Meikarta- malah asik pamer event untuk keuntungan mereka. Di antaranya, Street Rece dan Meikarta Autofest 2022. Terkait polemik jeritan konsumen ini, Cikarang Ekspres mencoba konfirmasi manajemen. Namun Marketing Communications Manager Andika Pratama sepertinya masih sibuk akan event dan ogah menanggapi  nasib para konsumen yang sudah mengadu hingga ke DPR RI dan presiden. Seperti diketahui, dua orang perwakilan konsumen yang mengadu ke DPR RI, Waluyo dan Suryadi sudah mengeluarkan uang hingga ratusan juta rupiah untuk membeli apartemen pertama mereka. Tapi, upaya yang sudah mereka lakukan selama kurang lebih lima tahun untuk mewujudkan mimpi itu masih jauh dari kata terwujud. Setiap kali Waluyo melintas di kawasan Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi, dia selalu diselimuti rasa sedih dan kecewa. Seharusnya di lokasi yang pernah digadang-gadang sebagai calon ‘Jakarta Baru’ itu Waluyo sudah memiliki dua unit apartemen yang dia beli sejak 2017, meski dengan cara menyicil. Namun sampai Agustus 2022, Waluyo belum mendapatkan apa yang seharusnya menjadi haknya. Padahal dalam perjanjian awal, serah terima unit apartemen dijadwalkan pada 2019. “Saya sudah berangan-angan, nanti tahun sekian sudah saya nikmati (hasil berinvestasi apartemen). Anak saya pas lulus kuliah, pas ini, pas ini, makanya berani ambil. Kalau tahu bakal kayak gini, mana berani ambil keputusan seperti ini,†kata dia kepada awak media. Lima tahun lalu, Waluyo mengaku “terbuai iklanâ€, yang memang pada kala itu juga menarik perhatian banyak orang. Warga Cikarang itu langsung membeli dua unit apartemen tipe studio di District 2, Meikarta. “Harganya hampir sama dengan rumah tapak dengan fasilitas yang oke. Bagaimana nggak tertarik? Orang pasti akan punya mimpi yang lebih bagus kan, cari kehidupan yang lebih bagus, lingkungan yang bagus,†ujar Waluyo. Tanpa keraguan, Suryadi akhirnya membeli satu unit apartemen Meikarta di District 2 dengan cara menyicil melalui bank. Di bayangannya, dia bisa menyewakan apartemen itu dan hasilnya bisa dia gunakan untuk menambah biaya kuliah anaknya, yang baru saja masuk ke universitas tahun ini. “Tapi kenyataannya sama sekali nggak ada, tidak sesuai dengan kenyataan. Kalau bisa uang konsumen harus dibalikin, jangan sampai konsumen ditelantarkan begini, hanya diberi janji-janji saja,†kata dia. Sudah dibuat kecewa dengan apartemen yang tak kunjung berdiri, Waluyo dan Suryadi juga dipusingkan dengan tawaran relokasi dari pihak Meikarta. Tawaran relokasi itu selalu mereka dapatkan ketika menanyakan nasib apartemen mereka ke PT Mahkota Sentosa Utama (MSU) selaku pemegang proyek Meikarta. Tawaran relokasi tidak hanya disampaikan satu atau dua kali. Waluyo dan Suryadi mengaku sering ditawarkan untuk pindah ke unit baru di District 1, tapi dengan tambahan harga karena menyesuaikan harga saat ini. District 1 adalah satu-satunya distrik yang sudah dibangun di Meikarta, meski belum rampung 100%. Menurut rencana awal, Meikarta akan memiliki tiga distrik. Tak berhenti di situ, kedua warga Cikarang itu juga kerap dihubungi nomor tak dikenal yang ternyata menawarkan properti baru. Mereka menjelaskan, Waluyo maupun Suryadi hanya tinggal melanjutkan cicilan yang sudah mereka bayarkan untuk unit mereka di District 2 Meikarta. “Semua yang belum terima unit, pasti dikasih solusi relokasi, tapi diminta penambahan dana karena unit baru dengan harga saat ini, sementara yang punya kami dianggap unit lama, kan perbedaannya (harga) sangat jauh,†kata Waluyo. Mogok Cicilan dan Minta Pertanggungjawaban Melihat banyak hal yang tidak bisa diterima dengan akal sehatnya, Waluyo memutuskan untuk berhenti menyicil kredit pembiayaan apartemen (KPA), yang seharusnya dia lakukan selama 15 tahun. Mogok menyicil itu dia lakukan sejak April 2021 lalu. Pemilik warung makan di Cikarang itu mengatakan bukan hanya dia yang mogok menyicil apartemen. Dia mengikuti puluhan konsumen lainnya yang juga mengalami nasib yang sama “Sudah ada peringatan dari pihak bank, tapi saya jawab, intinya saya mau bayar asal ada unitnya. Unit enggak ada, saya stoplah. Saya mau cicil, cicil untuk apa?†kata Waluyo. Sebelum berhenti menyicil, laki-laki berusia 56 tahun itu mengaku sudah bolak-balik mempertanyakan nasib pembangunan apartemennya, tapi sampai saat ini tidak kunjung mendapat kejelasan. Berbeda dengan Waluyo dan puluhan orang lainnya, Suryadi masih tetap menyicil. Dua tahun lagi cicilannya lunas. “Kalau misalnya saya tidak nyicil, itu nanti di-blacklist, ditakut-takuti oleh bank, nanti ada BI Checking, katanya. Jadi makanya, untuk sementara ini tiap bulan saya terus nyicil,†ujar Suryadi. Laki-laki yang baru saja diminta pensiun dini dari pekerjaannya itu cuma berharap apartemennya bakal jadi, atau kalaupun tidak, uang yang sudah dia bayarkan bisa dikembalikan. (har/mhs)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: